Hy hy, apa kabar kawan? Sehat? Kangen rasanya nulis lagi. Alhamdulilah hari ini aku ada kesempatan untuk menulis blog, wah senangnya ^-^. Yang kutulis pada kesempatan kali ini adalah pelajaran terkait dengan mata kuliah Psikologi Industri & Organisasi, mengenai “PENILAIAN dan PERFORMA”. Serta makna dari kata “BELAJAR” yang disampaikan oleh dosen terbaik yang pernah ku temui selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah, ya beliau adalah Mas Seta Wicaksa, M.Si.
Bagiku beliau adalah sosok pengajar yang begitu mengagumkan. Layaknya guru-guruku yang dahulu,contohnya saat ku duduk di bangku SMP... hanya sekitar 3 guru yang bagiku begitu mengagumkan, entah dari cara mengajarnya, cara beliau membimbing anak muridnya, kesabaran beliau, pembawaan beliau, candaan beliau dan lainnya. Lalu, jenjang pendidikan ku semakin tinggi yakni ku duduk dibangku SMA.
Dimassa ini adalah massa-massa paling luar biasa yang pernah ku alami selama diriku menuntut ilmu hingga hari ini, bertemu dengan belasan guru yang benar-benar begitu mempesona dan berkarisma, sosok-sosok pengajar yang begitu luar biasa. Segala pengajaran, baik ilmu dan materi yang beliau berikan. Memiliki kesan tersendiri bagiku, segala yang diucapkan oleh beliau begitu bermakna dan mampu untuk membuat ku termotivasi serta terngiang-ngiang hingga hari ini dan mengenai cara beliau-beliau membimbing ku. Membimbing seorang murid SMA, sebagaimana remaja lainnya yang labil, egois, dan terkadang begitu lama untuk mengola informasi atau ilmu yang beliau berikan,dsb.
Tapi, disini beliau-beliau begitu luar biasa kesabarannya, membimbing dengan sepenuh hati diiringi senyuman yang begitu tulus sembari berkata “kamu bisa Nak, kamu bisa, jangan nyerah, teruslah berjuang! Ibu/Bapak percaya kamu bisa” (inti dari kata-kata yang guru-guruku uncapkan dihampir setiap harinya ketika ku bersekolah). Meski terkadang ku merasa tak berarti, tak bisa apa-apa, tak memiliki kemampuan, dan munkin terkadang ku fikir mereka terlalu berharap besar padaku.
Dan kalimat yang terlintas dibenakku adalah, munkin kah? Benarkah? Akankah? Tapi persepsi negatif itu slalu bisa beliau-beliau patahkan, dengan tatapan, senyuman dan rangkaian kata yang terucap untukku. Sehingga sebagaimanapun masalah yang ku hadapi, sesulit apapun itu, seberapa terjang rintangannya, aku slalu bisa melewatinya. Meski terkadang, kegagalan dan rasa sakit kerap ku terima. Tapi,ku bisa tegar dan bisa berdiri tegap hingga kini sembari mengukir segala pencapaian-pencapaian besar yang ku raih, semua itu tak terlepas dari sosok-sosok luar biasa yang kutemui.
Termasuk dosenku yang materinya akan ku tulis kembali di blog ini. Beliaupun demikian, sosoknya sama seperti pengajar-pengajar yang luar biasa yang pernah ku temui. Meski dibangku perkulihat ini, aku hanya baru menemukan 1 sosok pengajar yang paling ku kagumi. Namun, aku sudah sangat bahagia dan sungguh bersyukur karena bertemu dengan beliau yaitu Mas Seta, beliau mampu mengobati rasa rinduku akan sosok guru-guru luar biasa yang pernah ku temui dahulu. Ya, sosok pengajar yang tidak hanya “mengajar” tapi juga “mendidik” dan memotivasi. Sungguh aku begitu beruntung masih bisa bertemu dengan sosok pengajar layaknya guru-guru di SMP atau SMA ku dulu dibangku perkulihan ini, meski sosok itu hanya 1 yaitu Mas Seta. Terimaksih banyak Mas Seta ^-^
Sunguh aku tidak akan pernah melupakan, sosok-sosok yang begitu luar biasa layaknya beliau dan guru-guruku lainnya. Hingga ku dewasa kelak dan diputaran waktu berikutnya, bahkan hingga suatu saat nanti tiba, ketika munkin ku kan berhasil menggapai semua target dan mimpi ku layaknya menjadi direktur muda. Semua keberhasilan dan pencapaian yang ku terima, itu takkan lepas dari apa yang telah beliau-beliau berikan pada ku.
Hehehe, itulah sedikit pembuka untuk permulaan memasuki materi terkait dengan topik kita dikesempatan kali ini.
Kepada dosenku yang terhormat Mas Seta Wicaksana, saya Monica mahasiswi psikologi Up 2015. Memohon izin untuk meng”share” segala ilmu yang telah mas seta sampaikan, dihari yang begitu indah. Kawan, jadi segala ilmu yang kutulis diblog pada hari ini. Semua hal yang begitu luar biasa yang munkin bisa kawan pahami, segalanya bersumber dari apa yang beliau sampaikan meski ada beberapa yang kugabungan dengan pengetahuan yang kumiliki, wehehehe. Munkin apa yang ku tulis ini tidak sama seperti apa yang beliau katakan 100%, namun aku berusaha untuk mengambil inti-inti dari setiap penyampaian beliau dan ku kembangkan menggunakan bahasaku sendiri. Sekali lagi Terimaksih Banyak Mas Seta ^-^.
Awal mula kita akan bahas mengenai “BELAJAR”. Apa arti belajar untuk kalian? Seberapa pentingkah hal itu untuk kalian? Apa fungsi dari belajar dan apa manfaatnya kita belajar?
Engga bisa dipungkiri kawan, belajar merupakan suatu proses yang “Pasti” akan terus berlangsung disetiap putaran waktu yag dimiliki oleh manusia (selama manusia itu masih hidup). Ya, manusia adalah makhluk luar biasa yang diberkahi dengan akal sehingga ia memiliki kemampuan untuk mengelola segala potensi yang ada di dalam dirinya dan apa-apa yang berada sekitarnya(lingkungan), setiap orang memiliki potensi tersendiri. Potensi itu harus dicari atau digali. Bila kita engga tau apa potensi diri kita, ya cari tau. Bila udah tau, ya aplikasikan. Benahi dan kelola segala potensi yang ada di dirimu, dengan cara apa? Lewat “Belajar” dan melakukan eksperiment dengan “Berlatih”.
Belajar merupakan suatu proses, ya... proses yang terkadang disadari dan tidak disadari. Karena belajar itu, tidak hanya sebatas duduk dikelas, memperhatikan dosen ataupun membaca buku saja. Tanpa kamu sadari, ketika kamu sedang merenung dan mengamati suatu hal. Lalu terlintas pertanyaan dibenakmu dan kau berhasil mendapatkan jawaban itu, artinya kau sedang belajar. Serta andai kamu tau kawan bahwa sesungguhnya belajar yang baik itu adalah belajar yang tidak dilakukan hanya dengan duduk diam saja tapi juga dengan praktek atau kegiatan diluar kelas, hal tersebut akan lebih efektif dibanding kamu hanya menerima suapan dikelas dari gurumu karena ketika belajar diluar kelas kamu merasakan sendiri aplikasi dari ilmu yang dipelajari.
Ya, belajar merupakan suatu proses yang harus dihadapi dan pasti ditemui oleh setiap makhluk terutama manusia. Belajar itu “PENTING” untuk mendapatkan ilmu, dengan menguasai suatu ilmu atau dengan kita memiliki banyak ilmu. Jelas hidup kita akan semakin mudah, mengapa? Ilmu menurut KBBI adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (Pegetahuan) itu. Artinya dengan kita memiliki ilmu(paham) terhadap ilmu yang kita miliki itu, tentu kita akan mampu untuk mengatasi masalah yang terkait dengan ilmu yang telah kamu pahami itu.
Masalah itu akan selalu muncul dan engga akan pernah absen dari kalender hidup mu kawan, dan bentuknya tentu beraneka ragam. Jika kamu hanya menguasai 1 jenis ilmu saja, lalu bagaimana menyelesaikan masalah-masalah lain yang tidak bisa dijawab dengan ilmu yang kamu miliki? alias hanya mampu dijawab dengan ilmu lainnya.
Itulah pentingnya menuntut ilmu kawan, coba deh kamu banyangin. Yang tadiku bilang, masalah kan engga pernah absen. Always ready kaya tahu bulat 500an yang lagi trend diBogor. Kalau masalah itu engga kamu selesaikan karena engga tau ilmunya dan engga mau belajar, bayangkan betapa susahnya hidupmu. Kalau kata orang jawa “Nelongso tenanan” artinya “Kasihan bener” #kalau engga salah. Dan coba ya, seandainya kamu bisa menguasai banyak ilmu+paham. Wah, hidupmu bahagia pasti. Iyalah masalahnya selalu selesai dan kamu bisa mengendalikannya sesuai keinginanmu karena kamu “TAU CARANYA” sebab “BELAJAR” dan “ADA NIAT” untuk mau “BERTINDAK”. Niat itu harus dari hati, jangan karena keterpaksaan atau kondisi maupun situasi.
Gemana? Gemana? Udah dapet gambaran dari tujuan belajarkan? Ya, sebelum kita melakukan suatu hal. Baiknya maknai dulu apa yang akan kita lakukan dan kerjakan, termasuk “BELAJAR”. Orang kamu yang butuh kan? kawan, bedaloh saat kita melakukan suatu hal karena “Butuh”, “Kepingin” atau “Terpaksa”. Layaknya, ngerjain tugas. Kadang kerasa terpaksa, padahal itu juga buat kebaikan kamu! Tapi tetep aja lelet lah, males lah, apalah. Jujur aja, akupun terkadang merasa demikian. Ah, engga berarti. Apaan si ni?. Bosen ah. Kenapa kok bisa gitu si ya? Seiring berjalan waktu ku temui jawabannya. Karena kita engga memaknai secara benar dan engga punya tujuan yang jelas mengenai hal itu.
Coba seandainya kita memiliki persepsi bahwa hal itu “PENTING” bagi kita karena kita “BUTUH” akan hal ini, semua bisikan-bisikan negatif itu akan terpatahkan, amin. Benarkah? Iya, karena setiap manusia memiliki “Motif” atas segala tindakan yang dilakukan. Motif menurut KBBI adalah alasan(sebab) seseorang melakukan sesuatu, sepahamku itu alasan mendasar yang berada dititik terdalam manusia dalam melakukan suatu hal. Munkin, ia berprilaku A,B,C atau apapun itu dan terlihat tujuannya untuk mencapai hadiah Z (bagi pandangan orang sekitar).
Namun, meski prilakunya begitu jelas dan mengarah untuk mencapai Z. Bisa saja motifnya bukan seperti pada apa yang terlihat melaikan untuk mendapat hadiah O. Ya kawan itulah “Motif”. Terkadang, apa yang terlihat dan bahkan apa yang kita kemukakan belum tentu itu adalah motif dari diri kita yang sebenarnya. Jadi, apa motif mu membaca blog ini? Apa motifmu untuk belajar? Apa motif dari rangkaian kegiatan yang kamu lakukan dihari ini? Hanya dirimu dan tuhan yang tau.
Tapi, motif ini bisa terlihat ketika kamu “keceplosan” iya, dipancing dulu tapi. Namun, engga semua orang bisa memancing motif yang dimiliki oleh seseorang dan mengetahui motif dari orang tersebut karena itu adalah bagian terdalam dari yang terdalam di diri manusia. Wowww,,, wehehehe
Chap chus, kembali lagi lah kita ke bahasan “BELAJAR”. Kawan, kamu tau engga kenapa ilmu itu lahir? Ilmu itu bisa ada dan hadir karena banyak pendahulu kita diberbagai abad lalu berfikir kritis sehingga otak mereka memproduksi berbagai macam pertanyaan, pertanyaan-pertanyaa itu menimbulkan rasa keingin tahuan yang tinggi sehingga mereka berusaha untuk menyelesaikan dengan mencari jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut.
Para pendahulu kita, filsuf-filsuf besar dan para tokoh ternama. Bagiku, pada awalnya sebelum mereka menegemukakan teori-teori ataupun rumus-rumus menakjubkan. Ku yakin mereka adalah orang biasa yang tidak tahu apa-apa, karena mereka “ingin tau” dan “berusaha mencari jawabanya” hingga akhirnya mereka “bisa” melahirkan ilmu baru yang mendatangkan berjuta manfaat dan kemudahan dari pengaplikasian ilmu tersebut. Semua itu tak lepas dari berbagai pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan.
Dari cerita singkat itu aku ingin menjelaskan bahwa betapa pentingnya “Bertanya”. Engga tau nanya? Engga paham nanya. Engga usah keliatan sok pinter dengan diem dan masang tampang muka paham deh, tapi saat ditanya engga bisa jawab dan hanya “nganga” karena pada dasarnya filofi belajar adalah kalau ingin tau pasti cari tau, kalau tidak tau ya bertanya. Sebab dalam belajar dibutuhkan proses komunikasi dan interaksi agar terjadi keseimbangan dalam pengoptimalan proses pemasukan informasi. Hal ini yang menjadi latar belakang mengapa belajar atau mempersiapkan materi sebelum belajar dikelas itu penting, agar kita memiliki informasi awal maupun konsep umum mengenai apa yang akan kita pelajari, seenggaknya buatlah otakmu engga kosong-kosong banget saat materi akan disampaikan oleh guru mu. Jadi proses komunikasi dan keseimbangan dapat terjadi akhirnya tujuan dari proses belajar dapat tercapai.
Weish udah engga jaman, tahun berapa ini bro? Kita ini kaum intelektual (berpendidikan), buktikan bahwa gelar pendidikan yang ada didirimu adalah nyata dan bisa dipertanggung jawabkan sebab Pengetahuan dan “Skill” kamu sesuai dengan gelarmu kawan.
Emang si nanya itu butuh keberanian dan kemampuan, serta terkadang harus mempersiapkan muka tembok bahkan beton. Ya, pelajar tugasnya belajar. Buat dapat ilmu, kan sayang kamu belajar tujuannya “a” karena malu bertanya ilmu “a” yang kamu mau dan harusnya kamu dapetin, malah dapat “d” atau bahkan engga dapet. Rugi banget, padahal udah tersedia figur luar biasa yang slalu siap untuk menjawab pertanyaamu.
Kawan, meski sistem pendidikan di negeri ini menuntut kita untuk menguasai standar yang telah ditetapkan. Layaknya pengetahuan dan kemampuan. Pada dasarnya dosen favoritku bilang bahwa didunia nyata kedua hal tersebut tidak berpengaruh besar dalam kesuksesan dan keberlangsungan hidup kita sebagai individu. Nah, kok gitu kenapa?
Yaps. Bener artinya masih ada satu lagi faktor luar biasa yang tidak diajarkan oleh sistem pendidikan di negeri ini secara langsung yakni “attitude” atau “sikap”. Ini adalah faktor terbesar dalam penilaian keberhasilanmu dalam menghadapi dunia nyata. Taukah seberapa besar bernilainya faktor ini? Ya. 80% dari 20%. Lalu 20%nya? Adalah pengetahuan dan kemampuan. Sedangkan di sistem pendidikan yang kita jalani, begitu kontras dengan kehidupan nyata yang akan kita lalui nanti, dimana from pendidikan formal menuntut kita untuk memiliki “Pengetahuan” dan “Kemampuan” dibanding dengan “Attitude”. Sungguh ini memang mencengangkan, bahwa seharusnya sistem pendidikan yang ada mampu untuk membuat kita bisa mengikuti “Standar” di dunia nyata nanti.
Memang pada dasarnya sikap atau prilaku lahir dari pengetahuan. Sikap adalah wujud nyata dari pengetahuan yang kita dapatkan. Pengetahuan yang diiringi dengan kemampuan akan melahirkan manfaat yang begitu luar biasa baik untuk dirimu atau lingkungan disekitarmu. Ya, ini lah bukti dari kata “ilmu akan bermanfaat dikala ilmu itu berguna dan bisa diaplikasikan”. Kamu pilih yang mana? Hanya mendapatkan gelar tapi kamu tidak bisa melakukan apa-apa? Atau mendapat gelar tapi gelar itu terbukti benar milik mu karena ilmu yang diperoleh bisa terkontribusi dan teraplikasi pada segalama macam aspek dan bidang.
Kok tau ilmu bermanfaat dan bisa diaplikasikan? Ya karena terlihat dari “Sikap” atau “Prilaku”nya. Kok bisa? Sebab kamu melakukan “penilaian”, ketika kamu melakukan penilaian maka akan terlihat, mana orang-orang yang belajar dan mendapatkan ilmu hanya untuk formalitas saja, mana yang benar-benar menuntut ilmu karena memiliki tujuan dan ingin ilmunya diperolehnya bermanfaat dan mampu untuk mempermudah hidupnya. Tapi kawan, penilaian itu tergantung dengan kebutuhan yang dituju dan dalam melakukan penilaian kita engga boleh sembarangan sebab salah penilaian akan melahirkan prilaku yang salah juga.
Kawan, kata dosenku Mas Seta beliau bilang bahwa “orang yang berilmu adalah orang yang tinggi kebijaksanaanya”. Jadi, yang dapat ku simpulkan atas apa yang beliau sampaikan bahwa semakin tinggi posisi atau gelar yang dimiliki oleh seseorang, layaknya para sarjana(Cendekiawan), mereka adalah orang-orang yang bukan ilmunya yang tinggi tetapi kebijaksanaanya. Kok gitu? Iya, sebab inti dari ilmu adalah kemanfaatannya dilihat dari pengaplikasian dan dampak yang ditimbulkan, lalu hubungannya dengan “kebijaksanaan”? Kebijaksanaan menurut KBBI adalah kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya) serta kecakapan ketika bertindak apabila menghadapi kesulitan.
Artinya engga penting gelar itu, engga penting seberapa banyak ilmu yang kamu peroleh, engga penting tinggi dari ilmu yang kau dapat, bila kau tidak memiliki kebijaksanaan atas segala ilmu itu. Sebab pendidikan bukan masalah gelar tapi kebijaksanaan dan orang yang memiliki kebijaksanaa yang tinggi maka performanya juga akan semakin baik sebab kontribusi yang ia berikan juga baik. Ya, kawan... dari “Ego to Eko” artinya dari “diri ke lingkungan”. Inilah yang tepat, wehehehe. Targetnya bukan “nilai” tapi “sikap”.
Kawan... Kasihan ya? Tipikal orang yang menilai gelar hanya sebatas formalitas saja, bagiku ia sunguh mengalami kerugian baik rugi waktu, uang, biaya,dsm. Sebab massa depannya engga ada, dan hidupnya pun sia-sia. Kamu maukah jadi seperti itu kawan? Jangan sampai. Kita adalah generasi mendatang, cahaya bangsa dan harapan negara. Hidup itu terlalu berharga jika hanya untuk disia-sia. Karena kamu memiliki tujuan, target hidup dan mimpi yang harus terwujud, menjadi tipikal orang seperti itu hanya akan membuat dirimu tak berguna dan menyusahkan orng lain. Dikala kawan berprilaku demikian posisi kawan ada di yang terendah, sedangkan yang lain sudah ada ditengah, atau ada yang sudah dibagian 85%. Nah kamu di 3%? Gemana ngejarnya? Kalau kamu engga bisa manfaatin waktu dan memaknai hidup ini. Walah walah, -_-“
Jangan hanya bisanya ngeluh dan ngendumel mulu, bilangnya kok gagal mulu si? kok hidup gue begini banget si? atau apalah itu. Tapi, asal kawan tau. Hidup ini memang sudah memiliki jalan atau benang merah berupa takdir, namun takdir memang ditentukan tapi takdir tak lepas dari usaha kita. Ingat ini “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kau kaum tersebut tidak mau merubah nasibnya”. Artinya apa? “USAHA”, usaha aja... usaha terus, meski gagal tetaplah berusaha, jalan kesuksesan pasti terbuka, sebab kamu ada niatan untuk merubah nasibmu dalam menghadapi suatu permasalahan atau hal.
Kalau kata teman ku tu “Engga ada hal yang engga munkin didunia ini selama kita niat dan mau berusaha”, syadap engga tuh? Syadap. Hahaha, ya kawan bangunlah motivasimu sendiri. Bangun terutama dari dalam dirumu, sebab motivasi internal lebih awet dan “berasa” dibanding motivasi eksternal atau motivasi dari luar.
Dunia ini keras dan kejam. Gitir, pahit dan manis pasti akan kita lalui. Namun, ingatlah makanan, makanan apapun yang kamu suka. Contohnya rujak, ada asemnya kan? Manisnya ada, asinnya ada, pedesnya kerasa, getirnya juga, dan rasa lainnya. Coba rujak rasanya Cuma asin doang, enak engga? Kalau engga masakan lain... emm, apa ya? Oh... nasi goreng, coba kalau rasanya pedes aja, garemnya engga ada, gulanya engga ada, engga pake cuka juga, kecapnya engga ada. Rasanya engga akan enak. Dijamin deh, nah hidup ini layaknya begitu sobat. “Simple” aja belajar dari sebuah piring berisi makanan. Wahahaha,
Atau ada kasus gini, diperusahaan asing ternama dan begitu terkenal didunia. Mengalami kebangkrutan diberbagai sektor dalam 1 hari. Munkinkah itu terjadi? Ya. Misalkan para pimpinan di perushaan tersebut meninggal karena keracunan gorengan, sedangkan produksi harus tetap berjalan. Karena tergesa-gesa dan untuk memenuhi target, perusahaan langsung merekrut orang-orang “terpintar” dilihat dari nilai ijasah yang mereka miliki dan IQ yang diatas 120, namun mereka adalah orang-orang tidak berintegritas alias “they have bad attitude” serta tidak memiliki sikap konsisten dan disiplin.
Disini terlihat ternyata ijasah yang mereka miliki itu “palsu” karena mereka tidak mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat selama mengenyam pendidikan sesuai harapan, mereka tidak mampu melakukan hal-hal yang berarti serta mereka hanya menyusahkan sebab merugikan lingkungan dan malah membawa kabur aset perusahaan dengan memanfaatkan jabatan mereka.
Ya. Dari contoh tersebut kita lihat betapa pentingnya penilaian terhadap “sikap” dibanding dengan “nilai yang berupa pengetahuan dan skill”. Serta dapat kita ketahui juga Kawan bahwa betapa utamanya suatu kata yaitu “Atttitude” yang terdiri dari “Integritas, Konsisten dan Kedisiplinan”, dan kawan hal itu bisa terjadi didunia nyata. Dan semua itu merupakan buah dari sistem pendidikan formal yang tak mampu kamu adaptasi dan maknai. Seandainya dirimu mampu untuk mengadaptasi dan memaknai bahwa yang terpenting bukan gelar atau sebatas nilai berupa pengetahuan dan kemampuan tapi juga buah dari hal itu yaitu “Sikap atau Attitude” sebab hal itu akan melahirkan “Perilaku atau Performance”. Artinya kawan bahwa penilaian terhadap sikap secara langsung ataupun tidak langsung akan melahirkan perilaku. Jadi, kalau salah melakukan penilaian maka perilaku yang dilahirkan pun juga akan salah.
Bingung ya? Ini aku coba masukin ke kasus deh biar gampang. Misalnya, kamu menilai temanmu “F” yang tak pernah bertanya dan engga pernah terlihat belajar dengan serius di kelasmu adalah orang terpintar karena setiap ujian ia kerap mendapatkan nilai sempurna. Sehingga karena kamu ingin menjadi seperti dirinya, setiap kelas berlangsung kamu engga pernah bertanya dan engga pernah belajar dengan serius. Dan ketika ujian nilaimu jelek namun nilainya tetap bagus. Hal ini karena kamu salah melakukan penilaiannya, sebab meski “F” terlihat demikian pada dasarnya jika “F” memiliki pertanyaan ia mencari tau sendiri sebelum ia bertanya pada sang guru, dan jika ia tak menemukan jawabannya baru ia bertanya pada sang guru secara 4 mata. Sedangkan mengenai “F” tidak pernah belajar serius dikelas sebab ia tipikal anak yang hyperaktif(engga bisa diem), meski demikian ia selalu mampu menyerap apa yang diberikan dengan baik dan selalu mengulang pelajaran ketika sampai dirumah. Ya, sedangkan kamu. Berbeda, dan itulah bahayanya jika kamu salah melakukan penilaian entah pada seseorang ataupun suatu hal.
Kawan sekarang yuk kita masuk kepada cara penilaian dalam suatu kelompok atau perusahaan ada 2 jenis penilaiannya yaitu penilaian secara vertikal dan penilaian 360˚. Apa itu? Kalau penilaian vertikal, namanya aja vertikal yakni lurus ke atas jadi staf atau anggota dinilai oleh Manager, Manager dinilai oleh pimpinannya lagi yakni direktur dan direktur dinilai oleh presiden direktur dan presiden direktur dinilai sama Owner atau pemilik perusahaan.
Dan bila penilaian 360˚ yaitu membentuk lingkaran, artinya semua pihak terlibat dalam melakukan penilaian bagi setiap komponen yang berada dilingkaran tersebut dari staf, direktur, presdir dan owner, semuanya menilai dan semuanya melakukan penilaian. Jadi, engga satu jabatan hanya menilai jabatan yang ada dibawahnya tapi 1 jabatan menilai semua dan semua menilai 1 jabatan itu, melingkar (imbang).
Lalu kawan sekarang kita akan masuk pada karakteristik standar kinerja yang baik. Apa ya karakteristiknya? Tentu karaketistik standar kinerja yang baik itu pertama adalah “Realistis” menurut KBBI artinya bersifat nyata (real), atau dapatku simpulkan sesuai dengan fakta yang ada (sebagaimana adanya). Selanjutnya “Dapat Diukur” iya suatu standar kinerja yang baik pasti dapat diukur sebab objek atau variabelnya jelas dan metode yang digunakanpun sesuai, dan yang terakhir yaitu “Secara Jelas Dapat Dipahami” artinya sesuatu yang baik pasti bisa dipahami begitupun dengan standar kinerja, artinya standar kinerja yang baik pasti bisa dipahami secara jelas.
Selanjutnya dalam penilaian terdapat yang namanya “Job performance” yang terdiri dari 3 aspek yakni Result-based information (hasil mendasar informasi), Trait-based information (karakter atau ciri pembawaan mendasar informasi) dan Behavior-based information (prilaku mendasar informasi). Disini dapat kita ketahui bahwa (trait and result-based information) sangat mempengaruhi prilaku mendasar informasi sebab prilaku dihasilkan dari ciri pembawaan dan hasil mendasar dari informasi.
Kawan, masih semangat kan? senyumnya mana senyumnya? Senyum dong, masuk ke topik terpenting ni kita, yakni level penilaian kenerja seseorang. Ya, ternyata dalam penilaian kinerja pada setiap orang terdapat level-levelnya loh kawan, layaknya di game. Bener banget, semakin tinggi levelnya maka semakin tinggi pula kualitas dari orang tersebut. Ada apa aja ya levelnya? Simak yuk,
Dimulai dari level terendah yakni level “Unsatisfactory” artinya “tidak memuaskan” pada level ini seseorang melakukan pekerjaan secara asal atau tergolong jelek, hasil kerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pimpinan ataupun perusahaan.
Dilevel berikutnya yaitu “Marginal” artinya “standar atau setengah-setengah” tipe orang yang berada dilevel ini ia melakukan pekerjaan seperti apa yang diperintah oleh pimpinan ataupun perusahaan, tapi saat melampirkan ya begitu saja alias hasilnya cendurung rendah.
Lalu pada level 3 yakni “Statisfactory” yang artinya “standar aja” maksudnya jika ia diperintahkan “A” ia akan melakukan “A”, jika ia ditugaskan untuk memberikan “B” maka ia akan memberikan “B”, jadi sifatnya statis atau gitu-gitu aja tanpa adanya inovasi tambahan atau keinginan mendapatkan hal yang lebih. Kinerja tipikal orang yang berada dilevel ini yaitu “ngepas” engga jelek engga baik.
Pada level ke 4 disebut dengan “Very Good” atau “sangat baik”. Disini individu melakukan pekerjaan lebih dari apa yang diharapkan oleh perusahaan, atau apa yang ia perbuat diatas standar dari orang kebanyakan. Misalnya disaat 5 menit sebelum jam pulang kantor semua karyawan telah pulang terlebih dahulu dengan tidak menyelesaikan pekerjaan pada hari itu sebab pimpinan memperpanjang dead line hingga hari esok. Namun, karyawan dilevel ini ia akan memanfaatkan waktu sebaik munkin, tidak pulang sebelum waktunya pulang dan mampu menyelesaikan semua pekerjaan pada hari itu meski dead linenya besok.
Dan dilevel terakhir yaitu “Outstanding” ya level ini adalah satu level diatas “Very Good”, pada level ini seseorang mengerjakan pekerjaannya diatas standar seperti orang kebanyak, ia juga memberikan inovasi yang tidak terfikirkan oleh orang-orang pada umumnya ataupun pimpinannya, sehingga hasil pekerjaan dari apa yang ia lakukan sangat mengagumkan atau begitu memuaskan dan benar-benar lebih dari kata sangat baik. Contohnya ketika ia mengumpulkan suatu tugas lebih awal dari pada waktu yang ditetapkan dengan hasil sangat baik karena ia memasukkan inovasi berupa unsur kreatifitas atau unsur penunjang lainnya yang begitu berbeda dari orang kebanyakan sehingga pekerjaan yang ia lampirkan sangat berkualitas.
Oke sobat, sekian dulu blog yang dapat kutuliskan dikesempatan kali ini. Semoga kalian dapat menikmati segala informasi yang tertera dan ku harap blog ini mampu menambah ilmu serta wawasan untuk mu kawan atau setidaknya mengasah maupun memperdalam informasi yang telah kalian miliki. mohon maaf jika terdapat kata-kata atau rangkaia kalimat yang tak sesuai dengan harapanmu ataupu yang typo-typo. Semua kesalahan itu murni dari saya selaku sang penulis dan segala hal baik dan kebenaran dari isi blog ini tak lepas dari keterlibatan tuhan saya yaitu Allah SWT dan dosen tercinta saya Mas Seta Wicaksana. Sampai jumpa di blogku selanjutnya, by by ^-^