Pengertian Psikologi Kerekayasaan atau Ergonomi
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan atau desain. Ergonomi secara khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat keras atau hardware (mesin, peralatan kerja) dan perangkat lunak atau software (metode kerja, sistem).
Ergonomi dikenal juga dengan istilah Psikologi Kerekayasaan, kerekayasaan faktor manusia, kerekayasaan manusia, biomekanika, psikoteknologi, psikologi eksperimen terapan.
Pendahulu Psikologi Kerekayasaan yaitu :
a) Manajemen ilmiah, Frederick w. Taylor yang menekankan efisiensi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya yang membuat berbagai macam peralatan yang disesuaikan dengan bentuk dan fungsi anggota badan. Contohnya: dibuat sekop-sekop untuk tenaga bangunan
b) Analisis waktu dan gerak, Golbert. Menganalisa gerak tangan dan lengan dari tukang pasang batu tenbok untuk mengurangi “gerak yang tidak perlu”
c) Kondisi kerja (eksperimen tentang lingkungan kerja fisik), untuk mengetahui efek pencahayaan terhadap produktifitas
Peran dan Tujuan Psikologi kerekayasaan
Ergonomi bertujuan membuat bagaimana rancangan dari peralatan, tugas-tugas, tempat kerja, lingkungan kerja, dikondisikan sedemikian rupa sehingga menunjang kemampuan dan keterbatasan tenaga kerja dengan metode menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Kecelakaan yang seringkali terjadi ditempat kerja dikarenakan alat atau perlengkapan yang didesain tidak sesuai dengan kebututhan manusia. Kebanyakan kecelakaan terjadi karena sering mengabaikan unsur manusia dalam mendesain peralatan. Untuk itulah manfaat ilmu ini agar mengurangi ketidak nyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal. Sasaran dari Ergonomi yaitu meningkatkan para pengguna agar dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi yang nyaman, aman dan tenteram.
Peran dari seorang psikolog dalam hal ini yaitu untuk bekerja sama dengan desainer atau teknik untuk menciptakan mesin-mesin perlengkapan, lingkungan kerja dan teknologi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan manusia. Mereka memastikan bahwa semua hal didesain dengan sederhana, aman dan mudah untuk digunakan.
Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Perancangan produk.
2. Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
3. Meningkatkan produktivitas kerja.
Permasalahan Ergonomi
Ada beberapa bidang yang harus dibenahi oleh bidang ergonomi, yaitu:
Kondisi lingkungan
Yaitu aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja manusia. Lingkungan yang tidak kondusif untuk bekerja akan memberikan beban tambahan bagi tubuh, padahal tubuh sedang melaksanakan beban utama yaitu tugas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan dingin, kelembaban relatif, penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya akan mempengaruhi penampilan kerja manusia. Itulah yang menjadi fokus kajian ergonomi. Penerangan tempat kerja, adanya kebisingan, lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas kerja dan karyawan pun akan merasa kurang nyaman sehingga dapat menimbulkan stres kerja dan membuat lebih banyak kesalahan.
Kondisi waktu
Yaitu lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Berapa jam per minggu seorang tenaga kerja harus bekerja. Jika dibebankan dengan waktu yang lama maka efeknya adalah pekerjaan terbengkalai dan emosi terkuras.
Kondisi sosial
Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stres psikologis dan problema kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai bekerja.
Sikap kerja
Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain dan cedera otot-otot.
Interaksi manusia-mesin atau peralatan kerja
Sistem mesin-manusia adalah sistem dimana mesin dan manusia harus bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Yang terbagi dua yaitu : open-loop (dipoerasikan dengan kendali kerja) dan closed-loop (sistem yang dapat mengatur sendiri). Tujuannya untuk menentukan keserasian antara manusia dengan mesin atau peralatan kerjanya. Bagaimana manusia dapat mengontrol mesin-mesin melalui display dan control. Ketidakserasian antara kedua faktor tersebut akan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan tubuh.
Cara kerja mesin - manusia :
Tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah atau instruksi dan informasi diterima oleh indera penglihatan dan pendengaran.
Masukan tersebut diolah lalu terjadi proses berfikir kemudian pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Tenaga kerja melaksanakan tugasnya dengan mengoprasikan alat atau mesin dengan menggunakan alat-alat operasi atau kendali seperti tombol atau hendel dll.
Mesin bekerja sesuai perintah yang dimasukan oleh tenaga kerja.
Melalui indera penglihatan/pendengara, dapat diketahui bagaimana mesin berfungsi.
Hasil kerja mesin merupakan keluaran sedangkan bagaimana mesin bekrja merupakan masukan.
Penyajian Informasi
Alat indra yang paling banyak digunakan dalam bekerja yaitu indra pendengaran dan penglihatan. Dalam merancang konstruksi mesin yang berpengaruh besar terhadap efisiensi kerja, ialah keputusan yang harus diambil tentang peraga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan dan pendengaran) sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia.
Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung pada jenis informasi, bagaimana informasi akan digunakan, lokasi tenaga kerja, lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi, dan sifat dari alat indra itu sendiri (kuping dan mata).
Fungsi-fungsi Kendali
Jika alat kendali kurang tepat dapat membuat tenaga kerja menjadi kurang cepat dan kurang cermat dalam menggunakan alat kendali yang akan memberikan efek yang merugikan. Dalam merancang alat kendali harus memperhatikan : jangan sampai ada anggota tubuh yang mendapat beban yang terlalu besar, ada kesesuaian antara alat kendali dan gerakannya (untuk gerak kekiri maka tombol kiri), mencocokan alat kendali dengan lingkungannya, memperhatikan stereotipe tentang kebiasaan gerakan.
Pengaruh Kondisi Kerja Fisik Kerja dalam Perilaku Manusia
Kondisi kerja secara fisik, Rancangan kantor memberikan pengaruh pada produktivitas. Masalah yang biasa dihadapi selain masalah perparkiran, lokasi, ruang kantor, tampaknya perlu juga diperhatikan faktor-faktor lingkungan spesifik seperti penerangan atau iluminasi, warna, kebisingan dan musik.
Iluminasi (penerangan)
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah kadar (intensity) cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Pengaturan yang ideal adalah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Memberikan cahaya penerangan pada suatu daerah kerja yang lebih tinggi kadar cahayanya daripada daerah yang mengelilinginya akan menimbulkan kelelahan mata setelah jangka waktu tertentu. Pada daerah yan terang pupil mata mengecil. Kalau melihat sekeliling yang lebih gelap (hal yang wajar dilakukan) pupil mata membesar. Kegiatan pupil mata ini yang menyebabkan timbulnya kelelahan mata.
Sinar yang menyilaukan merupakan faktor yang mengurangi efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata. Sinar dirasakan sebagai silau karena intensitas cahaya melebihi dari intensitas cahaya yang biasa diterima oleh mata. Sinar yang menyilaukan dapat ditimbulkan langsung oleh sumber cahayanya atau oleh bidang-bidang yang memiliki pemantulan sinar yang tinggi.
Silau juga dapat meningkatkan kesalahan dalam kerja rinci selama waktu 20 menit. Selain ketegangan mata, silau juga dapat mengaburkan pandangan. Silau ditempat kerja dapat diatasi dengan berbagai cara. Sumber cahaya yang sangat terang dapat “ditutupi” dengan pelindung, atau diletakkan di luar bidang pandang pekerja. Cara lain ialah dengan memberikan semacam kelep topi (visor) atau pelindung mata (eyeshader).
Warna
Erat kaitannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja. Penggunaan warna dan kombinasi warna yang tepat dapat meningkatkan produktivitas, menurunkan kecelakaan dan kesalahan dan meningkatkan semangat kerja. Namun pandangan diatas tidak didukung oleh hasil penelitian. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai makna dalam pekerjaan.
Warna dapat digunakan sebagai:
Alat sandi atau sebagai pencipta kontras warna.Misalnya pada alat pemadam kebakaran yang berwarna marah.
Upaya untuk menghindari timbulkanya ketegangan mata. Pantulan cahaya dapat berbeda-beda tergantung dari warna yang digunakan.
Alat untuk menciptakan ilusi tentang besar dan suhu ruangan kerja.
Warna
Efek Jarak
Efek Suhu
Efek Psikis
Biru
Jauh
Sejuk
Menenangkan
Hijau
Jauh
Sangat sejuk
Sangat menenangkan sampai netral
Merah
Dekat
Panas
Sangat mengusik dan terkesiap
Orange
Sangat dekat
Sangat panas
Merangsang
Kuning
Dekat
Sangat panas
Merangsang
Coklat
Sangat dekat netral
Merangsang
Menenangkan
Lembayung
Sangat dekat sejuk
Agresif terkesiap
Melesukan
Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak diinginkan, yang mengganggu, yang menjengkelkan. Namun batasan tersebut kurang memuaskan karena tidak ada dasar yang jelas untuk menyatakan kapan suatu bunyi tidak diinginkan.
Burrows dalam Mc Cormick berpendapat bahwa dalam rangka teori informasi, maka bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no informational relationship to the presence or completion of the immediate task. McCormick selanjutnya menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan bahwa bunyi atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Bising dalam lingkungan kerja membuat kita menjadi mudah marah, gelisah dan tidak bisa tidur, bahkan dapat membuat kita menjadi tuna rungu. McCormick membedakan antara tuna rungu syarat (nerve deafness) dan tuna rungu konduksi (conduction deafness). Kehilangan pendengaran pada tuna rungu syaraf pada umumnya terjadi karena frekuensi yang tinggi hingga besar daripada frekuensi yang rendah. Pengurangan normal pendengaran pada proses menua biasa merupakan tuna rungu syaraf. Hal tersebut juga terkait dengan akibat dari seringnya individu secara intensif berada pada tingkat kebisingan yang tinggi. Tuna rungu syaraf jarang dapat disembuhkan. Tidak demikian dengan tuna rungu konduksi yang merupakan tuna rungu sementara.
Berikut ini akibat-akibat lain dari tingkat kebisingan yang tinggi:
Timbulnya perubahan fisiologis
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengarkan bising pada tingkat 95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata. Penyempitan dari pembuluh darah tetap berlangsung beberapa waktu setelah tidak ada bising lagi dan mengubah persediaan darah untuk seluruh tubuh. Satu paparan (exposure) yang bersinambungan terhadap bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit jantung. Bising yang keras juga meningkatkan ketegangan otot.
Adanya dampak psikologi
Bising dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Mereka bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising lebih agresif, penuh curiga dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang sepi.
Bising yang konstan atau tetap berbeda pengaruhnya dengan bising yang tidak tetap. Dengan situasi bising yang konstan atau kebisingan yang tidak tetap namum teratur, kita dapat menyesuasikan diri. Misalnya orang yang tinggal di dekat rel kereta api. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penyesuaian hanya berlangsung pada taraf sadar, sedangkan dampak fisiologis tetap berlangsung. Meskipun pekerja tidak merasa secara sadar akan kebisingan, tetapi pendengarannya menderita (secara mendadak mengetahui ketajaman pendengarannya berkurang), pembuluh darah menyempit dan lebih banyak tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan tempo kerja yang sama (sehingga marasa sangat lelah dan lekas marah).
Ciri-ciri bising lain yang memiliki potensi mengganggu ialah kenalan (familiarity), nada dan keharusan adanya bising pada pekerjaan. Bunyi yang tidak dikenal lebih mengganggu dari pada bunyi-bunyi yang telah dikenal. Nada yang sangat tinggi dan nada yang sangat rendah leibh mengganggu dan menjengkelkan daripada nada-nada dari rentang tengah. Bunyi menjadi tidak mengganggu jika merupakan bagian dari pekerjaan yang harus dilakukan.
E. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi kerja berpengaruh secara signifikan pada perilaku manusia (dalam hal ini adalah para pekerja dalam organisasi atau perusahaan). Kondisi kerja yang kondusif, aman, dan nyaman dapat membuat perilaku manusia sesuai apa yang prioritaskan organisasi atau perusahaan. Dan hal ini berkontribusi terhadap kemajuan organisasi atau perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar